Annyeonghasaeyo...Welcome To My Blog...

안녕 내 블로그에 오신 것을 환영합니다

Rabu, 20 April 2011

Edelweis, dilindungi namun diminati

KATAKANLAH dengan bunga. Pepatah baheula yang sampai sekarang masih dipakai ini amat cocok untuk melukiskan betapa sekuntum bunga bisa menjadi sangat berarti dalam kehidupan manusia. Terutama bagi orang-orang yang sedang jatuh cinta.
Bunga dianggap bisa mewakili perasaan seseorang, baik suasana hati yang bahagia maupun kesedihan. Banyak bunga dijadikan ‘buah tangan’ dari seorang jejaka kepada gadis yang disayanginya. Mulai dari bunga mawar, melati sampai bunga Edelweis.

Bunga Edelweis (Anaphalis javanica) sering juga disebut bunga abadi karena kemampuannya bertahan berbulan-bulan tanpa mengalami kerusakan. Seringkali dijadikan amsal atau perumpamaan cinta abadi seseorang.

Edelweis termasuk dalam katagori bunga langka bahkan termasuk flora yang dilindungi. Jumlahnya yang tidak begitu banyak serta habitatnya (tempat tinggalnya, Red.) yang khusus tumbuh di ketinggian diatas 1500m dari permukaan laut--biasanya terdapat di daerah pegunungan-- membuat bunga yang sangat indah dan mempunyai banyak warna ini banyak diminati.

Tinggi pohonnya hanya 1/2-1m. Warnanya pun beragam dari kuning, ungu, merah sampai hijau. Di Indonesia, umumnya terdapat di pulau Jawa dan Sumatera. Sayangnya tidak terdapat di Kalimantan, karena rata-rata di wilayah Kalimantan tidak terdapat gunung yang tingginya diatas 1500m, kecuali gunung Kinibalu yang masuk ke dalam negara bagian Sabah, Malaysia.

Karena keabadiannya dan keindahannya, banyak orang (khususnya pendaki gunung) mengoleksinya baik untuk disimpan pribadi maupun sebagi oleh-oleh bagi rekan. Karena termasuk flora yang dilindungi, edelweis dilarang untuk dipetik dari habitatnya di pegunungan. Herannya edelweis banyak dijual di pasaran.

Di Malioboro, Yogyakarta, edelweis dengan berbagai warna dijual dalam vas bunga dengan harga Rp5000 sampai Rp10.000. Sementara di kota Malang, edelweis dijual dengan harga Rp3000. Bagi yang tidak sanggup hiking (mendaki gunung, Red.), cukup membeli di pasaran sudah bisa mengoleksi.

Namun bagi Tony--salah seorang kolektor edelweis di Banjarmasin-- ada perasaan yang berbeda jika bunga edelweis yang dikoleksi berasal dari gunung yang langsung dipetik sendiri dengan membeli di pasaran.

"Saat kita bersusah payah mendaki gunung kemudian menemukan dataran yang ditumbuhi oleh beribu bunga edelweis sangat menakjubkan. Selain itu kita mesti main kucing-kucingan dengan penjaga pos pendakian buat membawa edelweis keluar dari gunung," ujar Tony.

Tony sendiri selalu menyempatkan untuk mengambil edelweis pada setiap pendakian gunung yang dilakukannya. Kurang lebih tujuh macam edelweis berhasil dikumpulkannya dari pendakiannya pada gunung-gunung di pulau Jawa dan Sumatera.

Namun menurut dia, meski dianggap bunga abadi, edelweis pada akhirnya bisa juga mengalami kerusakan. Tapi jangka waktunya cukup lama. "Untuk menyiasatinya agar tetap awet biasanya saya semprot dengan menggunakan cairan formalin. Lumayan juga lebih tahan beberapa bulan," tandasnya. m royan naimi

2 komentar:

  1. Hm... edelweis bromo, mengingatkan saya waktu di bromo ni...sya pernah baca kalu ekstraknya edelweis mengandung sejumlah besar antioksidan, yakni anti-mikroba (membunuh bakteri dan jamur) dan sifat anti-inflamasi (radang). Ia juga memiliki sifat perlindungan yang sangat baik untuk meningkatkan keremajaan sel-sel kulit dan menjaga kulit agar segar dan muda dengan jalanmenghancurkan radikal bebas berbahaya.
    Di artikel anda kan edelweis sbg bunga abadi ya, tapi saya dulu pernah membeli edelweis dari bromo trus dirumah 1 mggu knp lgsg layu ya?kira2 faktornya pa ? Arigatou :)

    BalasHapus
  2. wah iya betul kalau ingat edelweis ingat dulu pas kita kebromo hehehe..
    untuk masalah bunga edelweis yang layu itu mungkin bunganya tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

    BalasHapus